Sabtu, 29 Januari 2011

Contoh Berita Langsung (Straight News) dan Berita Kisah (Feature)

Prolog:
Saya kutipkan dua buah berita dari Kompas, 25 Februari 2010 tentang musibah tanah longsor di desa Tenjolaya, Jawa Barat. Berita pertama merupakan sebuah berita langsung (straight news), sedangkan berita kedua berupa news feature.
(1) EVAKUASI TERHAMBAT MEDAN
BANDUNG, KOMPAS – Evakuasi korban tanah longsor di Perkebunan Teh Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terhambat medan berat berupa jalan menanjak berliku-liku dan berbatu.
Pukul 16.00, Rabu (24/2), evakuasi terpaksa dihentikan karena khawatir longsor susulan akan terjadi setelah hujan deras kembali mengguyur kawasan perkebunan tersebut.
Hingga pukul 20.00, jumlah korban yang ditemukan dari timbunan longsor 19 orang dari 43 nama yang dilaporkan hilang oleh keluarganya. Sebelum diserahkan kepada keluarga, korban yang ditemukan dibawa ke masjid setempat yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi longsor.
Hujan pada Rabu sore menyebabkan lumpur longsoran tebing menjadi liat dan membahayakan petugas evakuasi. Hujan deras juga mengganggu penglihatan petugas evakuasi yang menjalankan mesin pengeruk (backhoe).
Lalu lintas kendaraan yang padat menuju lokasi longsor juga menjadi penghambat masuknya alat-alat berat ataupun logistik. Kondisi semakin ruwet ketika pengamanan jalan sepanjang 15 kilometer menuju lokasi bencana tersebut diperketat menjelang kunjungan Wakil Presiden Boediono.
Di lokasi longsor, lumpur setebal 3 meter mengubur 21 rumah warga di RW 18. Longsoran menimbulkan bekas menyerupai cekungan yang dalam seluas hampir 5 hektar. Sepanjang mata memandang, yang tampak hanya timbunan lumpur. Beberapa atap rumah warga yang tertimbun masih kelihatan.
Lokasi longsor yang terletak di kaki Gunung Tilu itu juga tak terjangkau frekuensi radio ataupun telepon seluler. Tak heran, saat longsor terjadi, Selasa pagi, informasi mengenai peristiwa tersebut disampaikan warga kepada aparat Kecamatan Pasirjambu beberapa jam kemudian, dengan menempuh jarak sejauh 32 kilometer.
Wakil Gubernur Dede Yusuf saat meninjau lokasi longsor, mendampingi Wapres Boediono, mengatakan, karena berbagai kendala, evakuasi yang dilakukan belum optimal.
Hingga Rabu sore, baru satu backhoe yang beroperasi di lokasi longsor. Empat lainnya terhambat kedatangannya karena akses jalan masuk yang sempit dan sukar dilintasi.
Sementara itu, 200 jiwa yang selamat dari longsor itu diungsikan ke Perkebunan Negara Kanaan, Desa Tenjolaya, sekitar 3 kilometer dari lokasi longsor.
Menurut Dede Yusuf, evakuasi tetap berlanjut hingga tujuh hari ke depan, dengan mengerahkan 1.200-an personel.
Tingkatkan kewaspadaan
Wapres Boediono kepada pers di lokasi bencana mengingatkan agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Daerah, aparat keamanan, dan penduduk meningkatkan kewaspadaan karena curah hujan sampai Maret 2010 masih tinggi sehingga musibah bisa sewaktu-waktu terjadi kembali.
Menurut Wapres, jika kondisinya tidak memungkinkan, penduduk Perkebunan Teh Dewata di Desa Tenjolaya dapat direlokasi. Transmigrasi merupakan salah satu opsi yang bisa ditempuh.
Boediono yang datang bersama Gubernur Jabar Ahmad Heryawan didampingi empat menteri, yaitu Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufrie, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, serta Kepala BNPB Syamsul Maarif. Namun, sesaat setelah Wapres tiba di lokasi, hujan deras tiba-tiba turun sehingga Wapres kemudian masuk ke masjid untuk bertemu dengan para keluarga korban, lalu meninggalkan lokasi.
”Dari laporan Badan Meteorologi, curah hujan yang tinggi masih akan terjadi sampai Maret mendatang. Berarti, masih satu bulan lagi kerawanan itu masih akan terjadi. Jadi, yang perlu diingatkan adalah peningkatan kewaspadaan satu bulan ke depan,” kata Boediono.
Wapres juga meminta agar Pemerintah Provinsi Jabar menginventarisasi kawasan yang dianggap rawan longsor selama musim hujan sehingga bencana longsor tidak akan terulang kembali.
Boediono atas nama pemerintah kemudian memberi bantuan dana melalui Pemerintah Kabupaten Bandung berupa uang Rp 200 juta, 25 unit tenda, 500 lembar selimut, dan 100 paket masing-masing berisi peralatan dapur, sandang, dan tikar.
Di Jakarta, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak menduga longsoran di Ciwidey, Jabar, akibat tak dipatuhinya tata ruang. Seharusnya, pemerintah daerah mampu mengawasi pelanggaran-pelanggaran tata ruang sejak dini. ”Tim dari Kementerian Pekerjaan Umum hari ini sedang meneliti kondisi di Ciwidey. Tapi, saya menduga bencana itu akibat pelanggaran tata ruang. Bencana di Indonesia umumnya diawali pelanggaran-pelanggaran itu,” kata Hermanto.
Hermanto mengatakan, letak lokasi bencana yang berada di pelosok sebenarnya sudah menyiratkan adanya disinsentif terhadap kawasan itu sehingga pemerintah tak membangun jalan ke sana.
Di lokasi kejadian, Presiden Direktur Perkebunan Chakra, Rachmat Badrudin, menyatakan, kalau kondisi tanah perkebunan itu berdasarkan hasil penelitian tidak aman bagi permukiman karyawan, pihaknya akan merelokasi usahanya dan kalau perlu menutup kawasan perkebunan.
”Kami menilai longsor terjadi bukan karena rusaknya hutan lindung, tetapi adanya retakan tanah akibat gempa bumi yang terisi air hujan akibat curah hujan yang tinggi sehingga menggoyahkan tanah kawasan hutan lindung,” kata Rachmat.
Hal senada dikemukakan Wagub Jabar Dede Yusuf. ”Longsor ini murni bencana alam. Tidak ada pelanggaran tata ruang dalam kejadian ini. Tegakan pohon di hutan lindung tidak diganggu oleh aktivitas perkebunan,” tuturnya.
Perkebunan Dewata yang dikelola PT Chakra mulai beroperasi tahun 1956 dan saat ini memiliki 801 pekerja. ”Longsor terjadi karena ada retakan di bagian tebing gunung akibat gempa bumi 2 September 2009,” ujar Dede. (HAR/ELD/REK/RYO/ADH/CHE/GRE)
*****
Dari lokasi yang sama seorang reporter bisa menyusun sebuah news feature sebagai berikut :
(2) MENCARI ENYI DALAM TIMBUNAN LUMPUR

Senin, 24 Januari 2011

HAMBATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL



A. Interaksi
Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya (disebut gregariousness). Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama (cooperation) maupun untuk melakukan persaingan (competition).
Kata interaksi berasal dari Bahasa Inggris interaction artinya suatu tindakan yang berbalasan. Dengan kata lain suatu proses hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi. Jadi interaksi sosial (social interaction) adalah suatu proses berhubungan yang dinamis dan saling pengatuh mempengaruhi antar manusia.


Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack dalam buku Sociology ang Social Life menyatakan bahwa : “Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Sementara itu Soerjano Soekamto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar menyatakan bahwa : “Interaksi sosial (yang juga dinamakan proses sosial) merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.”
Interaksi antar manusia dimaksud adalah :
a) interaksi antara individu dengan individu,
b) interaksi antara individu dengan kelompok, dan
c) interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Hasil dari pada interaksi sosial ada dua sifat kemungkinan :
• Bersifat positif; suatu interaksi yang mengarah kerjasama dan menguntungkan. Contoh persahabatan.
• Bersifat negatif; suatu interaksi yang mengarah pada suatu pertentangan yang berakibat buruk atau merugikan. Contoh perselisihan, pertikaian, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di atas maka itulah yang menjadi hambatan dalam proses Komunikasi Interpersonal. Dalam situasi pertentangan Komunikasi Interpersonal tidak dapat dilaksanakan dengan baik, kalau pun dipaksakan dilaksanakan pasti kegiatan Komunikasi Interpersonal efeknya tidak akan berhasil.

B. Kultur
Istilah kultur meruapakan penyebutan terhadap istilah budaya. Dalam khasanah ilmu pengetahuan kata kebudayaan/budaya merupakan terjemahan dari kata culture. Kata culture sendiri berasal dari Bahasa Latin dari kata colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah/pertanian.
E.B. Taylor yang dikutip Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi keyakinan dan cara hidup suatu masyarakat yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Keyakinan adalah keseluruhan idea yang dianut meliputi religi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan adat istiadat. Cara hidup adalah pola-pola tindakan yang berhubungan dengan soal kebiasaan meliputi makanan, pakaian, perumahan, cara-cara perkawian, hiburan, estetika dan sebagainya.
Rapl Linton menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masysrakat tertentu.”
Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropoogi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Dari beberapa definisi kebudayaan tersebut di atas dapat disimpulkan dan juga telah disepakati beberapa ahli antropologi, bahwa kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus dilalui dan dibiasakan manusia melalui proses belajar (learned behavior) .
Berkaitan dengan hal tersebut di atas hal tersebut sesuai dengan fungsi komunikasi menurut Harol D. Lasswell yang ketiga yaitu; The transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain. Itulah fungsi komunikasi terutama Komunikasi Interpersonal.
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana kedudukan kultur atau budaya dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal. Untuk sementara ini para ahli baru meninjau hanya mengenai hambatan budaya/kulur dalam proses Komunikasi Interpersonal terutama kegiatan Komunikasi Interpersonal lintas budaya, yaitu diantaranya :
 Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur akan mengundang perbedaan persepsi terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar timbul.
 Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur tentu saja akan banyak perbedaan dalam bahasa sehingga dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal tersebut selain hambatan dalam bahasa juga terdapat hambatan semantic, yaitu perbedaan peristilahan dalam masing-masing bahasa.
 Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur disertai penekanan pesan dengan pesan non-verbal mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan penyampaian pesan tidak akan tersampaikan.
 Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur jika bertentangan dengan adat-kebisaannya, norma-normanya maka akan terjadi penolakan Komunikasi Interpersonal.

C. Experience
Pengalaman atau experience adalah sejumlah memori yang dimiliki individu sepenjang perjalanan hidupnya.
Pengalaman masing-masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis sama, bahkan pasangan anak kembar pun yang dibesarkan sama-sama dalam lingungan keluarga yang sama pengalamannya tidak akan persis sama bahkan mungkin akan berbeda.
Perbedaan pengalaman antara individu (bahkan antar anak kembar) ini bermula dari perbedaan persepsi masing-masing tentang sesuatu hal. Perbedaan persepsi tersebut banyak disebabkan karena perbedaan kemampuan kognitif antara individu termasuk anak kembar tersebut, sedangkan bagi individu yang saling berbeda budaya tentu saja perbedaan persepsi tersebut karena perbedayaan budaya. Perbedaan persepsi tersebut kemudian ditambah dengan perbedaan kemampuan penyimpanan hal yang dipersepsi tadi dalam strorage sirkit otak masing-masing individu tersebut menjadi long-term memory-nya. Setelah itu perbedaan akan berlanjut dalam hal perbedaan kemampuan mereka memanggil memori mereka jika diperlukan.
Perbedaan pengalaman tentu saja menjadi hambatan dalam Komunikasi Interpersonal, karena seperti telah di bahas di muka bahwa terjadinya heterophilious karena salah satunya diakibatkan perbedaan pengalaman. Sehingga jika terjadi heterophilious maka proses Komunikasi Interpersonal tidak akan berjalan dan tujuan penyampaian pesan pun tidak akan tercapai.